Kata KONJO berarti “Disitu”. Masyarakat Konjo mendiami daerah
perbatasan desa-desa yang berbahasa
Bugis dan Makassar. Masyarakat suku Konjo terdiri atas dua kelompok yaitu KONJO
PEGUNUNGAN, mendiami daerah pegunungan kabupaten Barru, Pangkep, Maros, Gowa, Bone,
Sinjai dan Bulukumba di sekitar pegunungan Latimojong dan KONJO PESISIR
mendiami dataran rendah kabupaten Bulukumba di Pesisir teluk Bone.
Mengacu pada sensus penduduk tahun 1930, Konjo Pegunungan
berpenduduk sekitar 100.000 jiwa, perkiraan sekarang sekitar 150.000 jiwa.
Sedangkan Konjo Pesisir sekitar 100.000 jiwa, perkiraan sekarang 150.000 jiwa.
Masyarakat Konjo berbahasa Konjo. Dialeknya 75% hampir sama bahasa
Makassar, sehingga disebut juga bahasa Konjo Makassar.
|
|
|
|
Secara historis Kerajaan Konjo Pesisir terdiri dari Kerajaan Kajang
yang sebelumnya terdiri dari beberapa Kerajaan. Menurut Thomas Gibson dan hasil
wawancara dengan Seorang bangsawan Kajang (Abdul Hamid) mengatakan bahwa
berdirinya Kajang menurut mitos yaitu di saat Pu’tamparang (Tuan laut)
menangkap seorang perempuan cantik bernama Pun binanga (Puan sungai) dalam
rumahnya yang berasal dari sepotong bambu yang ia jala dilaut. Pu’tamparang
berjanji akan menikahinya dan Puan sungai setuju. Namun ia mewanti-wanti agar
tidak terkejut bila anak-anaknya, mereka lahir orang-orang aneh. Mereka punya
empat anak yaitu :
1. Tu
Kale Bojo (orang bertubuh melon), anak ini tidak punya kaki dan tangan,
benar-benar bulat. Dia menjadi penguasa Lembang Lohe Kajang.
2. Tutentaya matanna
(orang bermata juling). Menjadi
penguasa Nanasaya
Kajang.
3. Tusappaya
lilana (orang lidahnya terbelah). Menjadi penguasa di Kajang.
4. Tukaditili
simbolenna (orang dengan sanggul kecil). Perempuan penguasa Tanah Toa.
Menurut Andi Abd. Karim Dg Mamangka dalam Lontara Distrik Tiro,
Kajang terdiri Kerajaan Kajang, Sangkala Lombo, Lembang, Laikang, Ganta,
Jalaya, Nanasaya dan Borong. Di Kajang daerah Tanah Toa yang sangat kuat
kepercayaan mistiknya dan adat istiadatnya di pimpin oleh AMMATOA.
Kerajaan Hero (sebelumnya terdiri dari Kerajaan Hero dan Karassing),
Kerajaan Lange-Lange (sebelumnya terdiri dari Kerajaan Lange-Lange dan Borong), Kerajaan
Bonto tanga, Kerajaan Batang. Kerajaan Tiro, Kerajaan Ara, Kerajaan Bira dan
Kerajaan Tanah Beru.
Kerajaan Tiro, Batang dan Bontotanga secara tradisional menjadi
penyuplai sebagian besar bahan makanan yang dikonsumsi di Ara,
Bira, Lemo-lemo dan Tanah beru, lalu ditukar dengan uang, ikan, dan barang
dagangan. Keempat Kerajaan ini adalah daerah tandus berbatu, masyarakat hidup
dilaut, berupa perdagangan, pembuatan perahu dan pelaut ulung. Mereka
melayarkan perahu keseluruh nusantara dan sampai keluar negeri membawa hasil
bumi dan laut untuk di perdagangkan.
Orang Ara, Lemo-lemo pandai membuat perahu dan orang Bira pandai
melayarkan perahu. Ketiga daerah ini mempunyai keahlian/tugas masing-masing yang
sinergis. Mengacu pada Sinrili I Dato Museng
dalam episode pembuatan perahu. I Lolo Gading masing-masing mempunyai tugas spesialis
dengan istilah Panre Pattangara’na
Bira, Pasingkolona
Tu Araya,
Pabingkunna Lemo-lemo.
Kerajaan-Kerajaan Konjo Pesisir menjadi rebutan pengaruh kekuasaan
Kerajaan besar di Sulawesi Selatan. Mulanya yang menguasai Kerajaan Konjo Pesisir adalah Kerajaan Luwu,
sehingga yang menjadi raja pertama di Kerajaan Tiro adalah I Toa/Karaeng
Samparaja Dg Malaja (Tahun 1470 M - 1510 M) adalah bangsawan dari Kerajaan
Luwu. Namun sejak tahun 1500 M - 1530
M pengaruh
Kerajaan Luwu mulai turun, begitu pula Kerajaan Bantaeng. Dan munculnya
Kerajaan Gowa dan Bone di pentas politik di Sulawesi Selatan.
Pada tahun 1512 M Kerajaan Luwu
menyerang Kerajaan Bone dan dikalahkan oleh Bone dan wajo lepas dari Kerajaan
Luwu.
Pada tahun 1860 M Kerajaan Bone
menyerahkan seluruh Kerajaan Konjo Pesisir kepada Belanda. Pada 23 mei 1863 M Belanda
menata ulang Regent/KeKaraengan. Ada
yang digabung dan adapula yang dihapus. Kerajaan Karassing
digabung dengan Hero, Borong
digabung dengan Kerajaan Lange-Lange.
Namun kebijaksanaan Belanda di tentang oleh hadat keKaraengan Konjo
dan pada tahun 1920 M tatanan Kerajaan Konjo Pesisir kembali seperti sebelumnya
(Lontara Distrik Tiro, Andi Abd Karim Dg Mamangka dan Kekuasaan, Raja, Syekh,
Amtenar 1200 M – 1300 M. Thomas Gibson).
Setelah Onder Afdeling Bulukumba berpisah dari Afdeling Bonthain
dan menjadi kabupaten Bulukumba. Yang meliputi 14 distrik yaitu Gantarang,
Kindang, Bulukumba, Towa, Kajang, Hero, Lange-Lange, Batang, Bonto tanga, Tiro,
Ara, Bira, Lemo, Tanah beru, Ujung Loe dan kota Bulukumba. Setelah seluruh
distrik/keKaraengan pada tahun 1961 M dihapus, maka 14 distrik menjadi tujuh
kecamatan, yaitu kecamatan Gangking (gabungan distrik Gantarang dan Kindang),
kecamatan Bulukumpa (distrik Bulukumba Towa), kecamatan Ujung Bulu (gabungan
distrik ujung loe dan kota Bulukumba). Sedangkan Kerajaan/distrik Konjo Pesisir
menjadi 4 kecamatan yaitu kecamatan Kajang, kecamatan Herlang (gabungan Hero
dan Lange-Lange), kecamatan Bontotiro (Gabungan distrik Tiro, Batang, Bonto
tanga) dan kecamatan Bonto Bahari (gabungan distrik Ara, Bira, Lemo-lemo dan
Tanah Beru).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar